Friday, October 23, 2009

trekking the Himalaya 2

Hari ke 3, 26 September 2009

Eng ing eng... nggak pake acara dibangunin, pagi-pagi buta gue udah kebangun seger dan pengen joget hahahaha... Mandi, siap-siap, langsung angkat backpack gaban gue ke bawah. Kamar gue di lantai 3 temans dan nggak ada lift...

4

Penerbangan Kathmandu – Lukla selama 30 menit yang harusnya dijadwalkan berangkat jam 7.30 pagi itu tertunda karna cuaca berkabut. Nunggu 2 jam lebih di airport mustinya kan menyebalkan ya. Tapi hari itu pengecualian buat gue. Kayaknya gue siap menghadapi apa pun deh. Semangat tinggi bow..!! Lagian kan yang ketunda penerbangannya bukan gue sendiri. Semua penerbangan pagi itu nggak bisa berangkat. Penumpang di ruang tunggu banyak banget dengan segala macem gaya, jadi pemandangan menarik buat gue.

5

Hampir jam 11 baru gue bisa berangkat. Penerbangan 30 menit itu menakjubkan. Mendekati Lukla gue bisa ngintip-ngitip jajaran gunung berpucuk salju. Sayang gue duduk di sisi yang salah. Nggak masalah karna gue akan segera mendekati mereka.

6

Sampe Lukla di ketinggian 2886 m. Aaaaaah… Pengen gue peluk rasanya tiap orang yang gue temuin disana. I’m here finally.

Photobucket

Trekking hari ke 1, Lukla – Benkar 3100 m, lama perjalanan diukur menurut kemampuan gue kira-kira 5 jam.

12

Ini juga hari pertama ketemu Feishal porter yang bantu bawain backpack kita berdua. Orangnya kecil, sopan, banyak senyum, nggak aneh-aneh lah pokoknya.

17

Sherpa dan sherpini jarang yang bepotongan tubuh tinggi besar menjulang. Rata-rata kecil, kaum lelaki biasanya lebih kecil dan ramping dibanding kaum perempuan. Tapi jangan pernah meragukan kekuatan mereka. Dilahirkan dan hidup di tengah alam yang bisa dibilang tidak mudah, mereka terbiasa mengadakan perjalanan jauh berjam-jam bahkan berhari-hari naik turun gunung dengan beban berat. Kondisi pegunungan yang naik turun dengan tingkat kecuraman yang terkadang tinggi dan tipisnya kadar oksigen menjadikan mereka sosok yang menakjubkan. Jangan sekali-sekali pernah terpikir untuk membandingan gue seorang perokok yang malas bergerak dengan mereka!!

9

15

Setelah perjalanan yang agak bikin deg-degan karna kita musti lewatin beberapa suspension bridge yang panjang dan tingginya nggak pernah terbayang sebelumnya, kira-kira jam 5 sore kita sampai di penginapan. Ini jadi hari pertama kita tidur di gunung. hmmm... baru juga sampe di ketinggian segini dingin banget ternyata...

Hari ke 4, 27 September 2009

Trekking hari ke 2, Benkar - Namche Bazar 3440 m, lama perjalanan kira-kira 3 jam.

Rute ini merupakan rute terberat selama perjalanan 12 hari naik turun...

Photobucket

Bangun pagi, buka jendela dan gue langsung beku melongo sejadi-jadinya. Oooh... Thamserku batu setinggi 6600 m dengan pucuk saljunya ada di depan mata gue! Kusum Kanguru si megah setinggi 6300 m di sebelah kanan gue! Tapi gue terlalu kedinginan buat teriak

27

Setelah sarapan banyak, berempat kita mulai jalan jam 7.30 pagi. Lepas dari Benkar sebagian besar jalan yang dilalui menanjak dan nggak sedikit yang betul-betul curam walaupun cukup lebar. Buat gue, meskipun dengan napas ngos-ngosan, nggak ada yang nggak indah sepanjang jalan itu.

Matahari murah hati banget hari itu. Sinarnya yang amat terang benderang bikin dingin nggak terlalu terasa, asal jangan berhenti kelamaan. Kalo behenti 5 menit aja langsung badan jadi dingin. Kaos yang basah keringet kena angin dan udara dingin bikin tulang punggung gue keriting.

30

Sepanjang jalan berpapasan dengan sekelompok Zopkios/zop (crossbreed yak dan sapi) atau keledai pengangkut barang, sesama trekker, porter dengan barang bawaannya yang menjulang lebih tinggi dari badan mereka, mendengar sapaan “Namaste..” pada sesama pejalan menjadi sesuatu yang nggak ada bandingannya buat gue. Diantara napas pendek karna oksigen tipis dan usaha mengerahkan segala upaya buat jalan nggak jarang kita pun masih menyempatkan diri buat ngobrol antar sesama penanggung derita hahahaha... Banyak teman seperjalanan bikin segalanya jadi terasa lebih mudah.

10

Setelah perjalanan nanjak yang tak kunjung selesai ahirnya dikejauhan keliahatan juga pintu gerbang Namche Bazar. Horeeeee…. Bisa ngelurusin kaki.

39

37

Kalo kalian berpikir Namche Bazar itu kampung kecil sepi di atas gunung, salah besar. Kampung ini besar, rame dan nggak kalah sama daerah Thamel di Kathmandu. Warnet, tempat billyard, cafe buat nongkrong, toko, apotik komplit, losmen, hotel, bakery ada semua. Cuma bioskop aja yang nggak ada karna siapa juga yang mau nonton film kalo bisa nonton kemegahan gunung yang berjajar.
43

Masuk losmen, istirahat bentar, makan terus jalan-jalan dan motret... Nikmatnyaaaa...

41

Hari ke 5, 28 September 2009

Trekking hari ke 3 Namche Bazar – Khumjung 3790 m, lama perjalanan 3 jam.

Harusnya jadi hari istirahat buat aklimatisasi di Namche Bazar. Aklimatisasi atau acclimatize ini sebetulnya adalah adaptasi atau penyesuaian tubuh. Kita yang biasanya hidup di dataran rendah dan naik ke dataran tinggi diharuskan untuk melakukan penyesuaian terhadap ketinggian. Jangan pernah berfikir ini nggak perlu. Kalo kalian mau terhindar dari hypoxia, mountain sickness atau kerennya high altitude sickness dan berharap selamat sehat wal afiat kembali ke rumah ya kerjakan lah dengan baik dan benar. Kadar oksigen yang semakin tipis sangat mempengaruhi kondisi dan stamina kita.

33

Dengan pertimbangan yang disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan tubuh, hari ini kita naik sedikit lebih tinggi ke Khumjung. Lepas Namche Bazar gue disuguhi pemandangan Ama Dablam, Leotin Ibu, menjulang 6812 m. Aaaah gunung favorit kedua gue..
58

Haduh… nggak habis-habisnya gue ber ah oh ria karena emang apa yang bisa gue liat hari itu keren banget. Sepertinya gue terserang penyakit euphoria deh.. sumpah keren banget.

Di tengah jalan kita sempet singgah di Everest View Hotel buat ngeteh dulu.. Ini hotel mahal di atas gunung. Ongkos nginep semalem USD 250 termasuk makan pagi. Berminat? Gue nggak deh. Numpang minum teh aja lah udah cukup. Dari hotel ini kalo cuaca bagus dan langit bersih nggak berawan kita bisa lihat Kumbila, Pumori, sang Everest, Nuptse dan Lhotse. Sayang hari itu berawan. Nggak rejeki gue…

59

Perjalanan belum selesai, masih setengah lagi yang musti dijalanin. Abis minum teh terasa lebih menggembirakan buat gue dan jalannya pun enak banget. Melintasi padang rumput luas dipagari gunung-gunung keren menjulang. Plaza Senayan? Senayan city? Grand Indonesia? Citos? Putus!! Nggak ada yang bisa nyaingin.

Perasaan gue nih, baru jalan sebentar. Tau-tau Khumjung udah di depan mata. Hahaha… begitu lah kalau ngejalanin sesuatu dengan hati riang gembira. Terasa mudah dan menyenangkan.

56

Di desa ini ada sekolah menegah yang didirikan oleh Sir Edmun Hillary melalui yayasannya Himalayan Trust. Sayangnya gue berkunjung sore hari dan udah nggak ada kegiatan belajar mengajar. Sekolah ini menempati areal yang luas banget dan mempunyai fasilitas yang baik karna gue ngeliat ada lab computer, lab fisika, ruang kerajinan tangan, perpustakaan. Dan terawat dengan baik.

66

Photobucket

Disini juga ada Khumjung Monastery dengan tengkorak Yeti nya yang terkenal itu. Dalam kunjungan kali ini kita nggak sempet ketemu seorang Bikhu pun karna mereka sedang berkunjung ke monastery lain di daerah Khunde dan Tengboche.

65

Bermalam di Mandala Lodge terasa seperti di rumah kerabat dekat. Chulding Sherpa dan istrinya menyambut kami bukan sebagai tamu, lebih terasa sebagai keluarga. Chulding bai yang pada masa jayanya sudah 2 kali mencapai puncak Everest, memutuskan untuk pensiun sebagai pendaki 6 tahun yang lalu pada usia 40 tahun dan sekarang mengelola penginapan miliknya termasuk memasakkan makanan untuk para tamunya. Rasa masakannya? Nggak kalah sama restoran ternama.

61

Di Khumjung ini pertama kali gue liat yak yang wooow… gedenya amit-amit dengan tanduk melengkungnya yang tajem.

72

Ini hari terahir gue nyentuh rokok, itupun cuma sebatang begitu sampe di penginapan siang tadi. Sayang napas…

69


...

No comments:

Post a Comment