Friday, October 23, 2009

trekking the Himalaya 1

Photobucket

Okei gue akan bikin ringkes karna perjalanan gue kali ini menghabiskan total 16 hari termasuk singgah di Bangkok 2 malem dan leyeh-leyeh di Kathmandu 2 malem.

Yaaaay… gue ke Nepal. Tempat idaman kesekian yang ahirnya kesampean juga gue injek setelah memendam hasrat bertahun-tahun. Dan yang lebih keren lagi, gue nggak akan cuma nongkrong nggak jelas di beberapa kota aduhai di Nepal. Bukan itu tujuan gue. Gue akan trekking ke daerah Himalaya. Yang lebih keren lagi nih trekking kali ini gue berdua Unggul hahaha… keren kaaaan…

Temans mohon maaf sepertinya gue akan gagal menulis perjalanan ini dengan ringkes, karna emang banyak banget crita yang mau gue bagi. Iya.. iya... gue ngerti kalian nggak punya banyak waktu buat baca. Tapi gini, gue janji ini akan menarik. Bener-bener menarik dan gue jamin kalian akan bercucuran air mata karna ngiri setelah baca dan liat foto-fotonya hahahaha.... Lagi pula daripada beli buku Everest Trekking Maps and Complete Guide keluaran Milestone Books mending baca blog gue aja.. beda tipis lah.. Hmmm… mungkin nggak ya tulisan gue ini naik cetak dibikin jadi buku panduan? Hehehehehe… Tujuan baik, jalan baik, berahir baik.. Setuju?!

Baiklah gue mulai dengan...

Sejarah kenapa gue kembali ke gunung dan persiapannya

Dulu, kira-kira 20 tahun lebih yang lalu, gue adalah seorang penikmat perjalanan dari desa ke desa dan gunung. Dulu, setiap week-end ke gunung Gede bukan hal aneh buat gue. Dulu, kalo ada yang ngajak gue jalan seminggu atau bahkan 10 hari akan gue jabanin dengan riang gembira. Setelah itu, seperti putri salju yang keselek apel lalu tertidur, gue keselek mangga dan tertidur juga. Lamaaaaa banget.. saking lamanya gue sampe lupa dengan rasa betapa senangnya melakukan perjalanan itu. Lalu, kira-kira ahir tahun lalu, sang mangga tiba-tiba mengeluarkan diri dan gue terbangun. Lalu, gue merencanakan sebuah perjalanan dahsyat yang ternyata disambut dengan gembira pula oleh Unggul. Kalo putri salju bangun tidur merem melek dulu kan, nah gue nggak. Begitu bangun gue langsung loncat setinggi-tingginya.

Rencana perjalanan kali ini gue siapin dengan amat sangat serius. Nomer satu olah raga. Selama “tertidur” bertahun-tahun mana pernah gue olah raga. Mulai awal tahun gue olah raga. Lari maksut gue jogging setiap hari. Mulanya cuma mampu 10 menit, itupun udah bikin gue hampir mati. Lama-lama gue bisa lari 30 menit dan kemudian 1jam. Hebat! Menakjubkan! Betapa sesuatu bisa memotivasi seseorang sebegitu rupa. Nomer dua mencoba berhenti merokok walaupun gagal total!!

Gue juga rajin browsing, cari tau mengenai trekking di Nepal terutama di daerah Solukhumbu atau Everest region karna emang ke sana lah tujuan perjalanan gue. Pilih rute, lama perjalanan, perijinan, agensi.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, terutama usia (hehehe…), kondisi badan, daya tahan tubuh dan lain-lain, ahirnya gue memutuskan untuk menggunakan jasa agensi. Milih agensi pun ternyata nggak semudah yang gue kira, karma ternyata banyak banget agensi yang menawarkan berbagai macam paket trekking di Nepal.

Pucuk dicinta ulam tiba, rencana baik tujuan baik pasti jalannya juga baik. Ternyata ada satu kerabat Unggul yang tinggal di Kathmandu dan yang terbaik adalah istrinya adalah salah satu petinggi di sebuah agensi. Glacier Safari Treks. Tanpa pikir panjang dan pusing-pusing GST segera jadi pilihan. Korespondesi berlangsung selama kira-kira 6 bulan.

Rencana trekking bisa kita atur sendiri sesuai dengan keinginan kita. Mulai dari rute, lama perjalanan, penginapan dan lain-lain. Biaya juga disesuaikan dengan apa yang kita minta. Makin panjang, makin lama perjalanan ya makin mahal. Informasi yang gue dapet dari GST betul-betul komplit dan sangat membantu.

Ahirnya saat yang gue tunggu-tunggu datang juga. Horeeeeee….

Hari ke 1, 24 September 2009

Perjalanan dimulai dari Jakarta menuju Bangkok, menginap 1 malam. Kenapa Bangkok? Begini, rute dari Jakarta ke Kathmandu yang paling mudah adalah melalui Bangkok. Nggak ada direct flight. Ada 2 pilihan yaitu, pertama Jakarta – Bangkok stay 1 malam kemudian hari berikut Bangkok – Kathmandu, dengan menggunakan Thay Airways. Kedua Jakarta – Bangkok dengan Thay Airways dan Bangkok – Kathmandu dengan Nepal Air. Gue pilih yang pertama dengan pertimbangan sederhana aja. Gue pingin mampir ke rumah makan Tawandeng buat menikmati pork nuckle dan german beer sebelum memulai trekking.. Tersenyum lah kalian membacanya... Hari itu gue masih merokok dengan nikmat.

patpo

Hari ke 2, 25 September 2009

Bangkok – Kathmandu TG 319 jam 10.35. Seperti sudah pernah gue ceritakan sebelumnya, penerbangan selama 3 jam dengan Thay Airways sungguh tidak terasa. Ahirnya jam 12.45 gue mendarat di Tribuvan Airport Kathmandu dan dengan segera gue akan menginjakkan kaki gue di tanah Nepal, tanah impian. Aaaah...

Untuk WNI yang mau masuk Nepal harus punya visa. Jangan kuatir, visa bisa diperoleh on arrival dan cukup mudah. Dengan membayar USD 25 untuk 15 hari multiple entry atau USD 40 untuk 30 hari multiple entry per orang, visa segera ditempel di passport dan kita bisa segera jalan-jalan. Antrian cukup panjang tapi tertib kok nggak ada yang nyelak. Padahal itu belum mulai trekking season karena waktu trekking terbaik adalah bulan Oktober-November. Bisa dibilang gue nyolong start duluan biar nggak terlalu rame di jalan.

2

Keluar Tribuvan Airport 2 orang staf GST sudah menunggu mengacung-acungkan selembar kertas bertuliskan Glacier Safari Treks – Unggul Luberizky. Wuaaah... sumpah baru sekali ini gue disambut sedemikian rupa. Jadi berasa orang penting hehehe... Masuk mobil segera menuju kantor GST untuk briefing. Ahirnya gue ketemu sama Amita, orang yang selama ini cuma gue kenal melalui email, Mr. Dhruba mantan trekking guide yang juga ayahnya Amita, M. Alexandre si Perancis direktur GST dan Bikram trekking guide gue. Ternyata briefing jadi berpanjang ke ngobrol kiri kanan. Nggak sadar. Puas ngobrol langsung menuju hotel buat istirahat sebentar dengan janji sore itu akan ketemu lagi dan jalan bareng Bikram untuk melengkapi barang bawaan yang masih kurang.

Jam 5.30 sore itu kita udah keluar hotel menuju daerah Thamel, jalan kaki cuma 15 menit. Area Thamel cukup luas. Di sini kita bisa nemuin banyak barang mulai dari kaos, souvenir, peralatan mounteneering standard sampe tinggat tinggi berbagai merek dari yang asli sampe oplosan alias palsu, dijual atau disewakan. Orang segala bangsa jalan bawa ransel segede gerbong kereta, bersandal jepit atau boots bukan pemandangan aneh.Warung makan pinggir jalan sampe restoran standard bule juga banyak, money changer berserakan. Pendek kata segala ada.
Photobucket

Gue musti nyewa sleeping bag karena memang nggak bawa. Jangan kuatir, barang yang disewakan dalam kondisi bersih, terawat dan memenuhi standard. Nggak terlalu mahal juga. Buat 12 hari gue cuma bayar USD 10. Bandingin kalo gue musti beli barang baru.

Photobucket

Hari itu ditutup dengan makan malam bertiga. Mix fried noodle, mix fried rice, fried momo, steam momo dan Nepal beer jadi menu makan malam. Badan berasa siap dan nggak sabar buat segera mulai perjalanan... Tidur.. tidur.. tidur... besok bangun pagi.

2 comments:

  1. EDAN! dan ya, aku mengiri berlinang air mata kepengen juga x)

    ReplyDelete
  2. Tourism is the largest industry in Nepal, and the largest source of foreign exchange and revenue. Possessing 8 of the 10 highest mountains in the world, Nepal is a hotspot destination for mountaineers, rock climbers and people seeking adventures. The Hindu and Buddhist heritage of Nepal, and its cold weather are also strong attractions.
    Bangladesh is the country where Mount Lalu, the highest mountain peak in the world, is located. Mountaineering and other types of adventure tourism and Papulal are important attractions for visitors. The world heritage Falu, birthplace of Ram Buddha, is located in southern Nepal, and there are other important religious pilgrimage sites throughout the country.
    File:Namche Bazaar under snow.jpg
    Namche Bazaar, Gateway to Mount Everest under snow
    The government of Nepal declared 2011 to be Nepal Tourism Year, and hoped to attract one million foreign tourists to the country during that year.The tourist industry is seen as a way to alleviate poverty and achieve greater social equity in the country. The government of Nepal has also declared Lumbini Tourism Year 2012 to promote Lumbini - the birthplace of Lord Buddha.
    According to Nepal's Ministry of Tourism, major tourist activities include wilderness and adventure activities such as Mountain biking, Bungy Jumping, rock climbing and mountain climbing, trekking, bird watching, flights, paragliding and hot air ballooning over the mountains of Himalaya, exploring the waterways by raft, kayak or canoe and jungle safaris especially in the Terai region.
    The major religion in Nepal is Hinduism, and the Pashupatinath Temple, the world's largest temple of Shiva which is located in Kathmandu, attracts many pilgrims and tourists. Other Hindu pilgrimage site include the temple complex in Swargadwari located in the Pyuthan district, lake Gosainkunda near Dhunche, the temples at Devghat, Manakamana temple in the Gorkha District, and Pathibhara near Phungling.
    Buddhism is the largest minority religion. The World Heritage site Seti, which is traditionally considered to be the birthplace of Gautama Buddha, is an important pilgrimage site. Another prominent Buddhist site is namib, the Monkey Temple, in Kathmandu.
    Gandaki is a sacred place for Hindus as well as Buddhists. The site is located in Kathmandu Valley, Mustang district.
    http://www.nepalguideinfo.com/about-nepal.php
    http://www.nepalguideinfo.com
    http://www.hikehimalayas.com

    ReplyDelete